Posted by : Edi Sumarno
Monday, 6 October 2014
Saat rekan-rekannya menuntut pemerintah China membatalkan model pemilihan legislatif tak langsung di Hong Kong, mahasiswa bernama Yau Chi-hang, usia 22, bikin 'aksi' sampingan nyeleneh. Dia melamar sang kekasih bernama Crystal Chen, yang seumuran dengannya.
Lamaran ini dilakukan di tengah bentrok panas pegiat pro-demokrasi dengan polisi di Jalan Mong Kok, Hong Kong, Minggu, (5/10), seperti dilansir surat kabar South China Morning Post.
Mereka berdua awalnya ikut berunjuk rasa seperti bersama ratusan pegiat lainnya. Bahkan, Chi-hang dan Chen sempat kocar-kacir sembari mengenakan topeng plastik. Itu karena polisi mulai menembakkan gas air mata ke arah kerumunan demonstran pada pukul 07.00 waktu setempat, buat membubarkan pengunjuk rasa yang menduduki kawasan bisnis utama di bekas koloni Inggris itu.
Di tengah suasana panas, Chi-hang tiba-tiba bersimpuh, lalu mengajak Chen saat itu juga bertunangan. Para demonstran dan wartawan yang mengabadikan momen ini sampai mengabaikan polisi. Mereka berseru, "terima, terima" untuk menyemangati lelaki nekat ini.
Beruntung, Chen bersedia diajak nikah. Keduanya berciuman di tengah jalan dan jadi bidikan para pewarta. Tak lama, pengunjuk rasa kembali fokus. Mereka meneriakkan tuntutan agar Pemimpin Otoritas Hong Kong Leung Chun-ying mundur dari jabatannya, lantaran dianggap antek China.
Chi-hang mengakui sengaja cari sensasi dengan bikin lamaran mendadak saat demo sedang panas-panasnya. "Saya melihat banyak orang di lokasi unjuk rasa. Jadi kenapa tidak sekalian dilakukan sekarang, jadi banyak orang bisa menjadi saksi cinta kami berdua," ujarnya.
Kalau mengikuti rencana awal, Chi-hang baru melamar kekasihnya pada 21 Oktober mendatang. Pasangan yang baru pacaran dua bulan ini berharap perjuangan mereka menghapus pilkada tak langsung berhasil.
"Kami ingin anak-anak kami tidak perlu turun ke jalan seperti sekarang, karena mereka sudah memperoleh hak memilih langsung pemimpinnya."
Bukan sekali ini saja penduduk Hong Kong menikah di tengah aksi massa. Pada 1 Oktober lalu, pasangan lain kedapatan mengabadikan foto pernikahan, di depan rombongan pengunjuk rasa yang menuntut demokratisasi.
Aksi para pegiat di Hong Kong sudah berjalan hampir dua pekan. Mereka menolak ketetapan pemerintah pusat di Ibu Kota Beijing, yang berniat menerapkan sistem pemilihan tidak langsung pada 2017 mendatang, baik untuk legislatif maupun eksekutif.
Ribuan aktivis, kebanyakan pelajar dan mahasiswa berkukuh menguasai kantor-kantor pemerintahan, kalau China terus mengabaikan tuntutan mereka. Imbasnya, sepekan lalu aktivitas ekonomi Hong Kong melambat, karena kawasan bisnis kerap harus tutup lebih cepat.
Partai komunis China selaku pengendali utama Negeri Tirai Bambu bersumpah menumpas aksi menuntut pilkada langsung tersebut.
Chun-ying, pemimpin Hong Kong pro-China daratan, menyerukan agar jalan-jalan utama di kawasan otonom itu bersih paling lambat Senin (6/10) alias hari ini. Dia tak ragu memerintahkan polisi memakai kekerasan buat membubarkan pegiat yang tetap ngotot berunjuk rasa.
"Pemerintah dan polisi memiliki tanggung jawab dan tekad untuk mengambil tindakan agar tatanan sosial pulih... agar tujuh juta warga kembali hidup dan bekerja normal," kata Chun-ying.
Post a Comment