Posted by : Edi Sumarno
Monday, 6 October 2014
Berita Terkait
Laporan terbaru Bank Dunia (World Bank) menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan turun menjadi 5,2 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,8 persen. Hal ini disebabkan turunnya harga komoditas, belanja pemerintah yang lebih rendah dari diperkirakan serta ekspansi kredit yang lebih lambat.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg mengatakan pertumbuhan ekonomi juga dihantui ketidakpastian. Pasalnya, negara berpenghasilan tinggi terutama untuk kawasan Eropa dan Jepang dapat menghadapi risiko penurunan pertumbuhan dalam waktu dekat.
"Kondisi pendanaan secara global dapat menjadi sangat ketat dan ketegangan geopolitik internasional dan regional dapat mempengaruhi prospek yang ada," ucap Axel dalam teleconfrence di kantor Bank Dunia, Jakarta, Senin (6/10).
Selain itu, kawasan Asia termasuk Indonesia tetap rentan terhadap perlambatan pertumbuhan China. Menanggapi kondisi ini, Bank Dunia merekomendasikan agar Indonesia mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak tepat sasaran.
Tidak hanya itu hal lain yang harus dilakukan adalah meningkatkan pendapatan, menciptakan ruang untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan investasi dan upaya pengentasan kemiskinan serta memperkuat pertahanan fiskal.
"Selain itu reformasi struktural yang dilakukan pada sektor-sektor BUMN dan layanan milik negara dapat mengurangi dampak tindakan untuk mengendalikan utang pemerintah daerah dan munculnya shadow banking," tegasnya.
Cara selanjutnya untuk mempertahankan pertumbuhan adalah dengan reformasi struktural jangka panjang yang membantu negara berkembang seperti Indonesia memaksimalkan manfaat dari pemulihan global.
"Reformasi utama meliputi investasi yang lebih besar di bidang infrastruktur, memperbaiki logistik perdagangan dan memudahkan investasi jasa dan investasi asing secara langsung," tutupnya.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg mengatakan pertumbuhan ekonomi juga dihantui ketidakpastian. Pasalnya, negara berpenghasilan tinggi terutama untuk kawasan Eropa dan Jepang dapat menghadapi risiko penurunan pertumbuhan dalam waktu dekat.
"Kondisi pendanaan secara global dapat menjadi sangat ketat dan ketegangan geopolitik internasional dan regional dapat mempengaruhi prospek yang ada," ucap Axel dalam teleconfrence di kantor Bank Dunia, Jakarta, Senin (6/10).
Selain itu, kawasan Asia termasuk Indonesia tetap rentan terhadap perlambatan pertumbuhan China. Menanggapi kondisi ini, Bank Dunia merekomendasikan agar Indonesia mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak tepat sasaran.
Tidak hanya itu hal lain yang harus dilakukan adalah meningkatkan pendapatan, menciptakan ruang untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan investasi dan upaya pengentasan kemiskinan serta memperkuat pertahanan fiskal.
"Selain itu reformasi struktural yang dilakukan pada sektor-sektor BUMN dan layanan milik negara dapat mengurangi dampak tindakan untuk mengendalikan utang pemerintah daerah dan munculnya shadow banking," tegasnya.
Cara selanjutnya untuk mempertahankan pertumbuhan adalah dengan reformasi struktural jangka panjang yang membantu negara berkembang seperti Indonesia memaksimalkan manfaat dari pemulihan global.
"Reformasi utama meliputi investasi yang lebih besar di bidang infrastruktur, memperbaiki logistik perdagangan dan memudahkan investasi jasa dan investasi asing secara langsung," tutupnya.
Post a Comment