Posted by : Edi Sumarno
Thursday, 11 September 2014
Merdeka.com - Pemerintah dan Pertamina menggelar rapat kenaikan harga gas elpiji 12 kg pada Senin (8/9). Sebelum rapat dimulai, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku, Pertamina sudah menyiapkan 20 skenario kenaikan harga gas 12 kg.
Usai rapat tersebut, pemerintah maupun Pertamina sama-sama bungkam ketika ditanya soal kepastian waktu kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Menko Perekonomian Chairul Tanjung tidak menjelaskan besaran kenaikan harga gas 12 kg. Waktu pelaksanaannya pun, dia hanya mengatakan dalam waktu dekat akan diumumkan. Semua keputusan terkait kenaikan harga gas, pemerintah menyerahkan sepenuhnya pada Pertamina.
Tiba-tiba, Pertamina mengumumkan bahwa terhitung 10 September 2014 pukul 00.00 WIB, mereka secara resmi menaikkan harga elpiji 12 kilogram sebesar Rp 1.500 per Kg.
Kenaikan harga jual rata-rata elpiji 12 Kg nett dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per Kg dari sebelumnya Rp 6.069 per Kg. Jika ditambah dengan komponen biaya lainnya seperti transport, filing free, margin agen, dan PPN maka harga jual di agen menjadi Rp 9.519 per Kg atau Rp 114.300 per tabung dari sebelumnya Rp 7.731 per Kg atau Rp 92.800 per tabung.
Direktur pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya menuturkan, harga jual tersebut masih jauh di bawah keekonomian. Berdasarkan rata-rata CP Aramco (year on year) Juni 2014 sebesar USD 891,78 per metric ton dan kurs Rp 11.453 per USD ditambah komponen biaya seperti di atas maka harga keekonomian elpiji 12 Kg saat ini seharusnya Rp 15.110 per kg atau Rp 181.400 per tabung.
Merdeka.com mencatat fakta di balik kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Berikut paparannya.
1.
Diumumkan setelah naik
Merdeka.com - Mulai 10 September pukul 00.00 WIB, Pertamina secara resmi menaikkan harga elpiji 12 kilogram sebesar Rp 1.500 per Kg. Kebijakan ini ditetapkan setelah mendengarkan masukan pemerintah dalam rapat koordinasi di kementerian perekonomian pada 8 September 2014.
"Meningkat di eceran Rp 21.000-Rp 22.000," ujar Direktur pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di kantornya, Jakarta, (10/9).
2. Pertamina masih rugi Rp 5,7 triliun
Merdeka.com - Pertamina telah menaikkan harga elpiji 12 kilogram sebesar Rp 18.000 per tabung, dini hari tadi. Meski harga gas elpiji 12 kg sudah dinaikkan, perusahaan migas pelat merah itu tetap memprediksi bakal merugi Rp 5,7 triliun dengan proyeksi tingkat konsumsi elpiji nonsubsidi itu sekitar 907.000 metrik ton.
"Kerugian selama lima tahun Rp 17 triliun, tapi setelah penaikan harga kerugian diprediksi Rp 5,7 triliun," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, di kantornya, jakarta, rabu (10/9).
Kendati demikian, nilai kerugian tersebut masih di atas proyeksi rencana kerja dan anggaran Pertamina 2014 sebesar Rp 5,4 triliun. Itu dengan asumsi harga patokan berlaku di Asia Pasifik, CP Aramco, sebesar USD 883 per metrik ton dan kurs Rp 10.500 per dolar AS.
3. Bakal terus naik secara bertahap
Merdeka.com - Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengaku, Pertamina menimbang daya beli masyarakat dan usulan pemerintah dalam keputusan kenaikan harga gas elpiji 12 kg.
"Maka tidak dilakukan secara langsung tapi bertahap," kata dia.
Dengan penaikan bertahap setiap enam bulan, maka harga elpiji nonsubsidi bakal mencapai nilai keekonomian pada awal Januari 2016. Berdasarkan roadmap, harga elpiji nonsubsidi bakal kembali dinaikkan Rp 1.500 per kilogram pada Januari 2015.
4. Migrasi ke gas 3 kg tak terhindarkan
Merdeka.com - Kenaikan harga gas elpiji 12 kg berpotensi membuat gas 3 kg laku keras. Sebab, ada kemungkinan terjadi migrasi pengguna gas 12 kg ke 3 kg.
PT. Pertamina (Persero) mengaku tidak bisa mencegah dan menghalangi migrasi pengguna elpiji 12 Kg ke 3 Kg. Namun pihaknya yakin tidak akan ada kelangkaan gas 3 kg.
"Kemungkinan migrasi itu ada 2 persen. Dari kuota elpiji 3 kg yang disediakan pemerintah cukup. Walaupun ada migrasi kita pastikan cukup," ujar direktur pemasaran dan niaga PT. Pertamina, Hanung Budya di Kantornya, Jakarta, Rabu (10/9)
5.
Indonesia masih impor gas elpiji
Merdeka.com - Pertamina sebetulnya mengimpor sebagian besar bahan baku gas 12 kg yang memang diperuntukkan bagi konsumsi rumah tangga dan UMKM.
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menjelaskan Indonesia kaya Liquid Natural Gas (LNG). Masalahnya, LNG bukanlah bahan baku yang cocok untuk mengisi tabung elpiji alias jenis Liquified Petroleum Gas.
"Gas di Indonesia kandungan elpijinya itu memang tidak besar. Jadi meskipun produksi gas kita banyak tapi yang bisa diambil menjadi elpiji tidak besar, jadi kita masih harus impor," ujarnya selepas membuka Seminar "Mewujudkan Kedaulatan Energi Nasional" di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (10/9).
Elpiji yang bisa dihasilkan dari pasokan gas nasional per tahun hanya 1,3 juta ton setara minyak. Sementara kebutuhan elpiji, mencakup tabung 3 kilogram subsidi dan tabung 12 kilogram, mencapai 5 juta ton setara minyak per tahun.
"Itu enggak bisa dinaikkan lagi (pasokan dari dalam negerinya)," kata Susilo.
Khusus elpiji 12 kilogram non-subsidi, produksinya mencapai 20 persen dari total kebutuhan gas rumah tangga nasional.
Baca juga:
Post a Comment